[OPINI] Jangan Harap Kualitas Unggul Jika Fasilitasnya Amburadul
Di negeri ini, tuntutan akan mutu terus digaungkan, pendidikan harus unggul, pelayanan publik harus cepat, dan SDM harus kompeten. Tapi satu hal sering dilupakan, kualitas tak akan pernah tumbuh di atas fasilitas yang rusak.
Sungguh naif jika kita berharap hasil terbaik dari sistem yang tak ditopang dengan sarana yang layak. Bagaimana mungkin siswa bisa belajar optimal jika atap ruang kelas bocor? Bagaimana pegawai bisa bekerja maksimal jika komputer sering ngadat dan meja kerja reyot? Dalam banyak kasus, masalah kualitas bukan soal kurangnya kemampuan, tapi buruknya fasilitas penunjang.
Ironisnya, justru sering terdengar kalimat "Sudahlah, yang penting semangat dulu", seolah-olah semangat bisa menggantikan fungsi meja belajar, laboratorium, atau koneksi internet. Ini bukan hanya bentuk pengabaian, tapi pembiaran sistemik terhadap kualitas.
Contoh nyata bisa kita lihat di sekolah-sekolah pinggiran yang tetap dipaksa melahirkan lulusan unggul padahal papan tulis saja sudah tak layak pakai. Tak sedikit guru yang mengajar dengan kreativitas luar biasa, tetapi terbentur keterbatasan fasilitas. Di sisi lain, anggaran habis untuk spanduk seremoni dan pertemuan-pertemuan yang gemerlap tapi minim dampak.
Masalah fasilitas bukan soal mewah. Ini soal kebutuhan dasar. Perbaikan ruang belajar, tempat ibadah, ruang pelayanan publik, dan sarana produktivitas masyarakat adalah bentuk keadilan pembangunan yang seharusnya menjadi prioritas.
Tanpa fasilitas yang layak, jangan heran jika hasilnya pun seadanya. Jangan cepat menyalahkan guru, siswa, pegawai, atau warga. Tanyakan dulu, sudahkah negara, lembaga, atau pemimpinnya menyediakan tempat yang manusiawi untuk mereka berkembang?
Sudah saatnya para pengambil kebijakan berhenti menambal kekurangan dengan jargon motivasi. Peningkatan kualitas harus dimulai dari hal paling mendasar: fasilitas yang layak. Perbaikan fasilitas adalah investasi jangka panjang, bukan pengeluaran sia-sia. Kita tidak bisa menuntut hasil terbaik dari tempat yang tak pernah diperbaiki. Maka benahi dulu ruangnya, sebelum menyalahkan isinya.
*****
Penulis memiliki nama lengkap Risma Nailul Muna.
Komentar
Posting Komentar