Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2025

Sebab kita semua gila seks!

Gambar
Kita hidup di dunia yang diam-diam atau bahkan terang-terangan digerakkan oleh hasrat. Dari iklan, dari lagu, dari film, dari postingan Instagram yang pura-pura candid padahal niat banget. Tubuh dijadikan komoditas, dan seks adalah pusat rotasinya. Maka jangan heran, ketika laki-laki dan perempuan yang saling tertarik, mendekat dengan niat mulia tapi seringkali goyah karena hasrat seksual yang tiba-tiba melonjak tanpa aba-aba. Dan yah, sebab kita semua gila seks. Gila di sini bukan berarti kita semua pelaku maksiat atau manusia yang rusak. Tapi karena kita manusia, yang diciptakan dengan nafsu. Allah ciptakan nafsu bukan untuk dilenyapkan, tapi dikendalikan. Bukan untuk dihujat, tapi diarahkan. Masalahnya adalah ketika kita gagal mengakui bahwa nafsu itu ada, dan kita gagal jujur bahwa kita sering tertipu oleh rasa cinta yang ternyata cuma kemasan manis dari dorongan bawah sadar: ingin memiliki tubuhnya. Makanya, pertanyaanmu:   "Ada gak sih cowok yang dekat sama cewek sebelum...

"Jangan Sok Suci, kita hanya berbeda dalam memilih dosa."

“Jangan sok suci, kita hanya berbeda dalam memilih dosa” terdengar sering diucapkan, kadang sebagai bentuk pembelaan, kadang sebagai senjata untuk menyerang mereka yang dianggap terlalu benar, terlalu lurus, atau terlalu banyak mengingatkan. Di balik kalimat itu, terselip narasi bahwa semua manusia berdosa, hanya saja berbeda bentuk dan cara melakukan dosanya. Lalu, muncul kesan bahwa tak ada hak bagi siapa pun untuk menasihati, apalagi mengingatkan. Seolah semua peringatan adalah bentuk kesombongan spiritual. Baiklahh. Tapi mari kita berhenti sejenak, dan bertanya dalam hati apakah nasihat dan ajakan menuju kebaikan selalu harus ditakar dengan kadar dosa si pemberi nasihat? Apakah ketika seseorang berusaha menjaga lisannya, menundukkan pandangan, menjauhi zina, atau memperbaiki ibadahnya, lantas itu berarti dia “sok suci”? Atau barangkali, ia sedang jujur pada Tuhan dan dirinya sendiri, bahwa hidup ini terlalu singkat jika hanya diisi dengan pembenaran atas kesalahan? Benar adanya mem...