SINOPSIS FILM FANAA (2006)


sumber foto: dokumentasi pribadi saat menonton TV

Di lembah bersalju Kashmir yang sunyi, seorang gadis buta bernama Zooni Ali Beg (Kajol) hidup dalam dunia yang gelap, namun hatinya selalu cerah oleh harapan. Ia adalah gadis sederhana yang tumbuh dalam kasih sayang kedua orang tuanya, dijaga dengan penuh kehati-hatian. Meski tak pernah melihat dunia dengan mata kepalanya sendiri, Zooni percaya bahwa hidup masih menyimpan keindahan yang layak diperjuangkan.

Kesempatan itu datang ketika ia diberi izin untuk ikut rombongan seni tari ke Delhi, demi tampil pada perayaan Hari Kemerdekaan India. Perjalanan itu menjadi titik awal takdir yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Di kota metropolitan yang gemerlap, Zooni bertemu dengan Rehan Qadri (Aamir Khan), seorang pemandu wisata yang karismatik, cerdas, dan memikat. Rehan tak hanya menunjukkan keindahan Delhi, tetapi juga membuka pintu hati Zooni. Meski terkenal sebagai pria penuh rayuan, Zooni tak bisa menyangkal bahwa ia merasakan sesuatu yang tulus dari Rehan. Dalam waktu yang singkat, cinta tumbuh di antara mereka cinta yang hangat, manis, dan tak mengenal batas.

Rehan, yang awalnya hanya bersikap main-main, mulai tersentuh oleh ketulusan Zooni. Ia menyaksikan bagaimana gadis itu memandang dunia dengan hati, bukan mata. Ia mendorong Zooni untuk menjalani operasi mata demi bisa melihat dunia—dan dirinya. Zooni pun melakukannya, berharap bahwa ketika ia membuka matanya, wajah pertama yang dilihatnya adalah pria yang dicintainya.

Namun takdir berkata lain. Ketika operasi selesai dan pandangannya terbuka untuk pertama kalinya, Zooni menerima kabar bahwa Rehan tewas dalam ledakan tragis. Dunia yang baru saja ia lihat menjadi gelap kembali, kali ini bukan karena kebutaan, tapi karena kehilangan.

Zooni pulang ke Kashmir, hancur, namun menyimpan satu harapan: anak dalam kandungannya, buah cintanya dengan Rehan. Ia membesarkan anak itu sendirian, menanamkan nilai-nilai kebaikan dan keberanian. Hidup berjalan pelan namun damai.

Tujuh tahun berlalu.

Di sisi lain dunia, Rehan tak pernah benar-benar mati. Ia adalah agen rahasia dari kelompok militan, menyamar dan bersembunyi di balik wajah menawan dan sikap lembutnya. Ledakan yang dikabarkan membunuhnya hanyalah tipuan dalam misi yang lebih besar: mengamankan alat pemicu nuklir untuk kepentingan kelompok separatis.

Namun dalam pelariannya, ia terluka parah. Dalam kondisi sekarat, ia mencari tempat perlindungan dan takdir kembali mempertemukannya dengan Zooni. Tanpa sadar, ia mengetuk pintu rumah yang dulu pernah ia huni dalam bayang-bayang cinta: rumah Zooni, yang kini menjadi seorang ibu dari anaknya sendiri.

Pertemuan itu mengguncang dunia keduanya.

Zooni terkejut, marah, bahagia, dan bingung. Pria yang ia tangisi selama bertahun-tahun kini berdiri di hadapannya, hidup. Rehan, di sisi lain, menemukan bahwa ia memiliki anak—cerminan dirinya, polos dan cerdas. Cinta yang lama terkubur perlahan tumbuh kembali. Tapi Zooni tahu ada yang berbeda. Ada kebohongan yang disembunyikan di balik mata Rehan yang tajam. Ia mencurigai bahwa Rehan bukanlah korban, tapi bagian dari sesuatu yang berbahaya.

Benar saja. Di balik senyuman dan air mata penyesalan, Rehan masih membawa misi, membawa alat pemicu ke tangannya dan menyelesaikan tugas yang telah dimulai bertahun lalu.

Zooni, yang dulu lemah dan buta, kini berdiri sebagai ibu yang kuat, mampu melihat dengan jernih, bukan hanya dengan mata tapi juga hati. Ketika Rehan hendak menyelesaikan misinya, ia dihadapkan pada pilihan yang mengiris memilih cinta lamanya, atau menyelamatkan bangsa dari kehancuran.

Di tengah salju Kashmir yang sunyi, terjadi konfrontasi terakhir. Zooni, dengan air mata dan tangan gemetar, menarik pelatuk pistol, menembak pria yang dulu ia cintai, ayah dari anaknya, demi mencegah tragedi yang besar.

Rehan terjatuh, perlahan, ke pelukan wanita yang dulu memberinya cinta sejati. Ia tersenyum, mungkin untuk terakhir kalinya, sambil berbisik bahwa cintanya pada Zooni dan anak mereka adalah satu-satunya kebenaran yang ia punya.

Zooni menatap tubuh Rehan yang tak bernyawa. Dulu ia buta, lalu bisa melihat. Tapi baru kali ini ia benar-benar melihat segalanya dengan utuh: bahwa cinta tak selalu berakhir indah, tapi terkadang menyelamatkan banyak jiwa justru adalah bentuk cinta yang paling besar.

---

Penulis:

Risma Nailul Muna* Seorang wanita yang suka menulis puisi, cerpen, suka dengan dunia literasi, film India, dan berharap bisa selalu bisa untuk mengulas film yang ditontonnya. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daurah Lughah Al-Arobiyyah: Kolaborasi Daar El-Lughoh Al-Arobiyyah Majalengka dan Santri Pedia Berlangsung Sukses

Mengatasi Hutang dengan Doa dan Keyakinan: Amalan dari Abuya Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki

AKIBAT FILM PORNO