Kasih Sayang Rasulullah kepada Anak Yatim di Hari Idul Fitri
Hari Raya Idul Fitri adalah saat penuh kegembiraan bagi umat Islam setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.
Idul Fitri dimaknai sebagai hari raya umat Islam yang dirayakan setiap tanggal 1 Syawal sebagai tanda berakhirnya ibadah puasa Ramadhan. Secara bahasa, "Id" berasal dari kata ‘āda - ya‘ūdu yang berarti kembali, sedangkan "Fitri" berasal dari kata fithr yang berarti berbuka atau kembali kepada keadaan suci. Hari raya ini merupakan momen kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan penuh menjalankan puasa dan meningkatkan ibadah.
Selain sebagai perayaan spiritual, Idul Fitri juga menjadi ajang silaturahmi, saling memaafkan, dan berbagi kebahagiaan, terutama kepada kaum fakir miskin melalui zakat fitrah.
Namun, tidak semua orang bisa merasakan kebahagiaan tersebut. Di antara mereka, ada anak-anak yatim yang harus menghadapi hari raya tanpa kehangatan keluarga. Salah satu kisah menyentuh hati datang dari Rasulullah ﷺ yang dengan penuh kasih sayang mengasuh seorang anak yatim di hari Idul Fitri.
Dalam kitab Durratun Nashihin (hal. 278), Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad As-Syakir menuliskan kisah yang diriwayatkan oleh Sahabat Nabi Anas bin Malik tentang seorang anak yatim yang bersedih di hari kemenangan ini.
Saat Rasulullah ﷺ dalam perjalanan menuju tempat shalat Id, beliau melihat anak-anak bermain dengan ceria. Namun, di tengah keceriaan itu, beliau melihat seorang anak kecil yang duduk sendirian, berpakaian lusuh, dan menangis. Rasulullah pun menghampirinya dengan penuh kepedulian.
“Wahai anak kecil, mengapa engkau bersedih? Mengapa tidak bergabung bermain bersama teman-temanmu?” tanya Rasulullah ﷺ dengan lembut.
Anak itu, yang tidak menyadari bahwa orang yang berbicara dengannya adalah Rasulullah, menjawab dengan suara lirih, “Wahai tuan, ayahku telah gugur dalam peperangan bersama Rasulullah. Setelah itu, ibuku menikah lagi, dan seluruh hartaku diambil oleh ayah tiriku. Lalu, aku diusir dari rumah. Kini aku tidak punya makanan, pakaian, maupun tempat tinggal. Saat melihat anak-anak lain bergembira bersama ayah mereka, hatiku terasa semakin sedih.”
Mendengar hal itu, hati Rasulullah ﷺ dipenuhi rasa iba. Dengan penuh kelembutan, beliau berkata, “Wahai anak kecil, maukah engkau jika aku menjadi ayahmu, ‘Aisyah menjadi ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husein menjadi saudara laki-lakimu, dan Fatimah menjadi saudara perempuanmu?”
Anak itu tersentak dan menyadari bahwa orang yang berada di hadapannya adalah Rasulullah ﷺ. Dengan wajah penuh haru, ia menjawab, “Bagaimana mungkin aku menolak tawaran mulia ini, wahai Rasulullah?”
Rasulullah ﷺ pun membawa anak yatim itu ke rumahnya. Beliau memberikan pakaian yang bersih dan indah, memberinya makanan hingga kenyang, serta memakaikan minyak wangi agar ia merasa lebih percaya diri. Kini, anak tersebut kembali bermain dengan bahagia, sejajar dengan teman-temannya.
Melihat perubahan itu, anak-anak lain yang sebelumnya melihatnya menangis merasa penasaran. “Bukankah tadi engkau bersedih? Mengapa sekarang tampak begitu gembira?”
Anak yatim itu tersenyum dan berkata, “Sebelumnya aku lapar, kini aku kenyang. Dulu aku berpakaian kumal, sekarang aku berpakaian bagus. Dahulu aku yatim, kini Rasulullah adalah ayahku, ‘Aisyah ibuku, Ali pamanku, Hasan dan Husein saudara laki-lakiku, serta Fatimah saudara perempuanku. Bagaimana mungkin aku tidak bahagia?”
Anak-anak lain yang mendengar pengakuan itu merasa iri. “Andai saja ayah kami juga syahid dalam peperangan, tentu kami akan mendapatkan kebahagiaan seperti dirimu.”
Setelah Rasulullah ﷺ wafat, anak yatim tersebut kembali menjalani hidupnya dengan penuh keterbatasan. Namun, kali ini ia tidak sendiri, karena Abu Bakar ra. dengan penuh kasih sayang mengambil alih tanggung jawab untuk merawatnya.
Kisah ini tentunya menjadi pengingat bahwa kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada anak yatim begitu besar. Hari raya bukan sekadar tentang perayaan, tetapi juga tentang berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung.
Dari kisah Rasulullah diatas, kita bisa belajar beberapa hal mengenai;
1. Kasih Sayang kepada Anak Yatim Rasulullah ﷺ memberikan contoh bagaimana seharusnya kita memperlakukan anak yatim dengan penuh cinta, perhatian, dan kepedulian.
2. Berbagi Kebahagiaan di Hari Raya
Idul Fitri bukan hanya tentang merayakan kemenangan pribadi, tetapi juga tentang berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung.
3. Kepedulian Sosial
Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya dari harta, tetapi juga dari rasa memiliki keluarga dan perhatian dari orang lain.
4. Menjadi Penolong bagi yang Membutuhkan
Dalam Islam, membantu dan melindungi orang yang terpinggirkan, seperti anak yatim, adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan.
5. Peran Pemimpin yang Penuh Kasih
Rasulullah ﷺ sebagai pemimpin tidak hanya memikirkan umat secara umum, tetapi juga memperhatikan kondisi individu, terutama yang membutuhkan.
Kisah ini mengingatkan kita untuk selalu peduli terhadap sesama dan menjadikan hari raya sebagai momen untuk menyebarkan kebaikan.
*Penulis mendapatkan kisah ini ketika mengaji pasaran Ramadhan di Pondok Pesantren Al-Futuhat Pangauban Garut
Penulis: Risma Nailul Muna Santri Pondok Pesantren Shobarul Yaqien
Komentar
Posting Komentar