Bahaya Sifat Mothering dalam Suatu Hubungan
Dalam sebuah hubungan, baik itu pertemanan, percintaan, atau bahkan hubungan profesional, memiliki sifat peduli dan penuh kasih sayang adalah hal yang baik. Namun, ketika kasih sayang berubah menjadi mothering, di mana seseorang bertindak seolah-olah menjadi "ibu" yang selalu siap sedia mengasuh, melayani, dan mengorbankan dirinya dalam hubungan tersebut maka itu bisa menjadi tidak sehat.
Apa Itu Mothering dalam suatu Hubungan?
Sifat mothering dalam hubungan bukan sekadar perhatian biasa. Ini adalah kecenderungan seseorang untuk:
1. Terlalu melindungi dan mengurus pasangannya atau orang di sekitarnya.
2. Mengorbankan banyak hal, termasuk uang, waktu, dan emosi, tanpa mempertimbangkan dirinya sendiri.
3. Merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain.
4. Sulit berkata "tidak" karena takut mengecewakan.
5. Selalu ingin menyelamatkan atau menyelesaikan masalah pasangan/orang lain, meskipun itu di luar kapasitasnya.
Sikap ini mungkin berasal dari niat baik, tetapi jika berlebihan, bisa berdampak negatif bagi diri sendiri maupun hubungan itu sendiri.
Bahaya Sifat Mothering dalam Hubungan
1. Membuat Hubungan Tidak Seimbang
Dalam hubungan yang sehat, kedua belah pihak harus sama-sama memberi dan menerima. Jika hanya satu orang yang terus memberi, sementara yang lain hanya menerima, maka hubungan itu akan menjadi berat sebelah.
2. Menciptakan Ketergantungan yang tidak sehat.
Seseorang yang terlalu mothering cenderung ingin selalu "membantu" dan "menyelamatkan" pasangannya. Akibatnya, pasangan bisa menjadi terlalu bergantung dan kehilangan inisiatif untuk berkembang sendiri.
3. Membuatmu Mudah Dimanfaatkan
Orang yang memiliki sifat mothering sering kali sulit berkata "tidak" dan mudah merasa bersalah jika tidak membantu. Ini bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang hanya ingin mengambil keuntungan tanpa benar-benar peduli.
4. Menguras Emosi, Tenaga, dan Materi
Terlalu banyak memberi tanpa batasan bisa menguras energi mental, fisik, dan bahkan finansial. Lambat laun, ini bisa menyebabkan kelelahan emosional, stres, bahkan perasaan tidak dihargai.
5. Menghilangkan Identitas Diri
Jika kamu terlalu sibuk mengurus orang lain, kapan kamu punya waktu untuk mengurus dirimu sendiri? Dalam jangka panjang, sifat mothering bisa membuat seseorang kehilangan jati dirinya karena seluruh hidupnya berpusat pada orang lain.
6. Menimbulkan Rasa Tidak Bahagia
Pada akhirnya, seseorang yang terlalu mothering sering kali merasa sedih, kecewa, atau bahkan hancur ketika orang yang mereka rawat tidak menghargai mereka. Mereka bisa merasa tidak dicintai dengan cara yang sama, padahal mereka sendiri yang tidak menetapkan batasan sejak awal.
Bagaimana Mengatasi Sifat Mothering yang Berlebihan?
1. Sadari dan Akui
Langkah pertama adalah menyadari bahwa kamu memiliki kecenderungan ini dan mengakui bahwa hal ini bisa berdampak negatif bagi dirimu sendiri.
2. Tetapkan Batasan yang Sehat
Belajar berkata "tidak" tanpa merasa bersalah. Kamu tidak harus selalu memberi atau membantu, terutama jika itu merugikan dirimu sendiri.
3. Berhenti Mengambil Tanggung Jawab yang Bukan Milikmu
Pasangan atau temanmu adalah individu yang bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Biarkan mereka belajar menghadapi tantangan mereka sendiri.
4. Fokus pada Diri Sendiri
Gunakan waktumu untuk hal-hal yang membuatmu bahagia dan berkembang. Ingat, kamu juga berhak mendapatkan perhatian dan perawatan, bukan hanya memberi.
5. Belajar Menerima Tanpa Merasa Bersalah
Jangan hanya merasa nyaman saat memberi, tetapi juga belajarlah menerima bantuan dan perhatian dari orang lain.
6. Jika Perlu, Cari Bantuan Profesional
Jika sifat mothering ini berasal dari trauma masa lalu atau pola asuh yang membentukmu seperti ini, berbicara dengan psikolog atau konselor bisa membantu kamu memahami dan mengatasinya dengan lebih baik.
Dapat disimpulkan bahwa Kasih sayang dalam hubungan memang penting, tetapi ketika berubah menjadi mothering yang berlebihan, itu bisa merugikanmu sendiri dan menciptakan hubungan yang tidak sehat.
Cinta bukan tentang mengorbankan diri sepenuhnya, tetapi tentang berbagi dengan seimbang.
Mulai sekarang, belajar untuk mencintai dengan cara yang lebih sehat. Kamu berhak bahagia, bukan hanya menjadi pemberi tanpa batas.
Penulis memiliki nama lengkap Risma Nailul Muna. Gadis asal Majalengka ini menyukai Senja, puisi, sajak-sajak cinta, hujan, dan kenangan.
Komentar
Posting Komentar