SHALAT BERPAKAIAN BAGUS ATAU SEDERHANA?

Kata Imam Abdul Wahhab as-Sya'rani dalam Mizan Kubranya: 

"Kita diperintahkan untuk berpakaian suci, bersih, nan harum ketika shalat. Sebagai pengagungan kepada Gusti Allah ta'ala (Sebagaimana QS. al-a'raf 31). Karenanya para pembesar wali seperti Syaikh Abdul-Qadir Al-Jiili, Sayyid Ali bin Wafa, Syaikh Muhammad al-Hanafi, Syaikh Madyan, Syaikh Abil-Hasan al-Bakri dan putranya; Syaikh Muhammad, shalat di tenda indah (tempat khusus) nan wangi dengan membakar kayu gaharu, menyan arab, minyak anbar, dan kafur, sebagai bentuk pengagungan ketika menghadap Gusti Allah ta'ala.

Namun, mayoritas ulama dan shaalihin malah suka shalat di atas bumi, tikar, dan tempat sejenis tanpa perhiasan (pakaian dan tempat sederhana). Karena khawatir, jika beliau-beliau shalat dengan gaya diatas, para pengikutnya akan berlomba mengikutinya, padahal tidak mengetahui tujuan para pembesar wali tersebut. Jatuhnya, shalat mereka akan terhalang sifat ujub (takjub diri) dan takabbur yang bisa menjauhkan dari Tuhannya! Hingga bisa-bisa mayoritas ulama ini ditulis sebagai imam-imam penyesat!"

Lalu di penghujung tulisan, Syaikh Abdul Wahhab as-Sya'rani mewanti-wanti, jika melihat ada orang shalat memakai tenda indah di sekitaran masjid jami' Azhar dan Masjidil Haram, jangan tergesa ingkar; berburuk sangka!

“Sebab Gusti Allah ta'ala memang menciptakan sebagian hambanya untuk perhiasan dan enak diajak mujalasah (duduk bersama; berdiskusi, di sowani etc.), yang mana beliau-beliau ini, hatinya telah Allah ta'ala bersihkan dari sifat-sifat tercela. Dan Gusti Allah ta'ala juga menciptakan ar-Rijaal (pembesar wali dan shalihin) untuk ‘role mode’ kerendahan dan nelangsa. Dimana Gusti Allah ta’ala menampakkan haibah (kehebatanNya) sebagai pelebur hati pada mereka, sehingga tiada satu keberanianpun untuk mendongakkan kepala. Dan ciri-ciri mereka adalah: Kepalanya selalu condong ke depan leher kedua pundaknya, serta selamanya, pandangannya, menatap ke dada beliau-beliau ini. Ketahuilah hal tersebut!”.

Faidah ini didapatkan dari Grup Kajian di salah satu Grup WhatsApp penulis.

Penyusun : Risma Nailul Muna (Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab STAI PUI Majalengka)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daurah Lughah Al-Arobiyyah: Kolaborasi Daar El-Lughoh Al-Arobiyyah Majalengka dan Santri Pedia Berlangsung Sukses

Mengatasi Hutang dengan Doa dan Keyakinan: Amalan dari Abuya Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki

AKIBAT FILM PORNO